Selasa, 25 Agustus 2015

cinta tak bisa dihakimi

Seperti judul di atas, tulisan ini gw buat bukan untuk menghakimi siapa pun, bukan pula karena merasa gw benar dan mereka salah. Tulisan ini lahir sebagai akibat dari pertanyaan yg sering muncul tapi belum pernah gw utarakan sama siapapun.

Maaf kalau gw harus menyebutkan nama-nama artis dalam tulisan ini, mungkin pendapat gw salah, atau bahkan justru cenderung ngawur. Gw tidak ada niat sedikit pun untuk menjatuhkan mereka lewat tulisan ini.

Perasaan ini pertama kali muncul saat gw denger bahwa Gleen Fredly menikah dengan Dewi Sandra (akhirnya pun bercerai). Lalu perceraian Marcell Siahaan dengan Dewi Lestari (kemudian menikah dengan pilihan lainnya). Rio Febrian yg juga menikahi pacarnya saat itu. Dan yg baru saja terjadi, Franky Sihombing menyatakan akan menikah dengan Feby Febiola. Termasuk Sammy Simorangkir yg sedang pacaran dengan mantan istri Okan Cornelius. Entah sebuah kebetulan atau tidak, para cowo yg gw sebutkan barusan adalah 5 dari 6 penyanyi pria favorit gw. Semoga Ello tidak melakukan hal yg sama (gw pasti nangis bombay kalau sampai itu kejadian).

Mungkin untuk sebagian orang, nama dan peristiwa yg gw sebutkan bukanlah hal yg penting untuk dibahas, tidak berdampak, tidak bermakna, dan bahkan tidak layak untuk dipikirkan. Tapi buat gw, itu...... entahlah. Saat peristiwa itu terjadi gw beneran sedih merasa kecewa dan seakan gw yg telah mereka khianati.

Lebay??? Mungkin... Tapi itulah bentuk cinta gw sama mereka. Penyanyi yg begitu gw suka, baik secara kualitas vocal, maupun kepribadiannya. Mungkin memang seharusnya mereka cukup dinilai dari karyanya, bukan kehidupan pribadinya. 3 hari yg lalu gw beli CD album barunya Rio dan Marcell, rasa kecewa ini tidak mengurangi niat gw untuk tetap menghargai karya mereka.

Gw tau kalau keputusan yg mereka ambil atas kehidupan pribadi adalah hak mereka sepenuhnya. Pengemar seperti gw tidak berhak untuk berkomentar. Tapi tetap saja, banyak pertanyaan yg datang dan gw belum temukan jawabannya.

Apa sebenarnya definisi “cinta” menurut mereka. Mengapa cinta mampu memaksa mereka untuk ambil keputusan yg menurut gw salah ((maaf)) ? Kenapa mereka membuang CINTA yg sesungguhnya hanya demi cinta yg sesaat? Apakah mereka bahagia menjalani pilihan itu?

Apa atau siapa yg patut dipersalahkan? CINTA??? Tentu saja bukan dia, karena cinta tak pernah salah. Cinta hanya lahir dari hati, tanpa tau kapan waktunya, dimana, dengan siapa, dan apa situasinya. Tapi ketika cinta itu lahir, kita lah yg “membesarkan-nya”, semua berdasarkan pilihan kita. Cinta tak seharusnya seegois itu, cinta semestinya tak menyakiti Sang Pemberi Cinta, jika kita terlebih dahulu jatuh cinta pada-NYA.

Inilah keresahan yg gw rasakan. Kalau gw diposisi mereka dan merasakan cinta yg mereka punya, masihkah gw berkata hal yg sama? Atau gw pun akan mabuk oleh cinta hingga tak peduli apa kata dunia bahkan apa kata surga? Mampukah gw membunuh cinta yg baru lahir, agar dia tak sempat tumbuh dengan cara yg salah?


Jika boleh meminta, semoga gw tidak jatuh cinta pada cinta yg salah...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar