Senin, 13 Juli 2015

kehilangan

Sebelum beraktifitas gw terbiasa untuk berdoa. Banyak hal yg gw doakan, mulai dari minta berkat dan perlindungan untuk diri sendiri, sampai berdoa untuk Indonesia. Rutinitas itu jarang banget gw lewatkan, doa yg gw sampaikan memang terkesan monoton kalimat yg gw pakai itu lagi itu lagi, walaupun begitu gw tetap berusaha taat dan setia untuk berkomunikasi dengan-Nya. Tapi pagi itu tanggal 26 Juni 2015 adalah pagi yg berbeda dari biasanya. Hati gw ga tenang, rasanya campur aduk, ga jelas.

Ga tau kenapa, pagi itu gw bingung mau doa apa. Gw seakan kehilangan kata, ga tau harus keluarkan bilang apa. Air mata gw mengalir deras tanpa sebab, yg gw rasa saat itu cuma sedih. Setelah beberapa menit gw nangis, gw merasa agak lega dan akhirnya mampu ucapkan 1 kalimat; “Biar kehendak-Mu yg terjadi”.

Kurang dari 3 jam setelah gw ucapkan kalimat itu, gw harus terima kenyataan bahwa apa yg gw harapkan tidak sesuai dengan kehendak-Nya.

Di surut ruang itu gw duduk berbalut kesedihan yg luar biasa. Dada gw sesak seperti tak bisa bernafas, kaki lemas seperti tak bertenaga. Gw kecewa dengan yg terjadi di depan mata. Merasa ini gak adil. Kenapa jalan cerita tidak sesuai dengan apa yg gw impikan.

Gw kehilangan mimpi yg paling gw inginkan di dunia ini. Doa terpenting yg pernah terucap seumur hidup gw. Hal terindah yg gw rindukan. Semua itu harus gw relakan pergi untuk selamanya.

Mau marah, tapi sama siapa? Gw tidak seberani itu untuk marah pada Sang Pencipta. Semakin gw sugesti diri sendiri bahwa ini yg terbaik, hati gw semakin berontak. Situasi saat itu sulit untuk dijelaskan, gw seperti berperang melawan diri sendiri. Gw berusaha untuk menguasai diri dengan menyebut nama-Nya, mengingatkan diri sendiri bahwa ini adalah hak mutlak dari Sang Pencipta.

Sampai hari ini pun gw masih kehilangan, merasa ada yg tidak lengkap. Gw ga pernah bayangkan rasanya akan sesakit ini. Sulit sekali mengendalikan emosi, hati ini seakan terluka begitu dalam. Semoga ini bisa cepat berlalu, hari-hari nenyedihkan akan segera diganti dengan hari baru yg lebih menyenangkan.

Peristiwa ini memaksa gw belajar untuk mempraktekan teori-teori yg gw pahami, ayat-ayat Firman yg gw baca dan lagu-lagu yg gw nyanyikan. Seperti saat gw sekolah dulu, mungkin ini ujian praktek yg harus dilalui sebelum naik kelas.


Gw berharap kalimat ini bukan hanya terucap dari bibir, tapi bisa lahir dari ketulusan hati; “Jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di Surga”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar