Sudah setengah perjalanan kita di
tahun 2015, untuk gw pribadi tahun ini tahun yg cukup menguras emosi. Ada
beberapa moment yg memaksa gw harus tetap berjalan dengan semangat padahal
sebenarnya kaki ini seperti tidak ada tenaga. Berulang kali berusaha untuk
tersenyum di pagi hari agar hati gw tenang, padahal pengen banget nangis. Menit
ke menit bisa jadi sangat menegangkan, karena cemas kalau dapat kabar yg tidak
diinginkan. Bahkan terkadang gw ga bisa tahan sampai akhirnya air mata ini
mengalir begitu saja.
Sampai hari ini pun gw masih ada
di tengah sikon yg tidak nyaman. Tapi untungnya gw masih yakin ini akan
berakhir indah, bahkan lebih dari yg berani gw bayangkan dan melampaui logika
yg gw pikirkan. Semua ini bisa gw lalui karena gw yakin akan satu hal, Kasih
Tuhan jauh lebih besar dari masalah yg gw hadapi.
Bicara tentang kasih Tuhan, gw
jadi nanya ke diri gw sendiri. Apakah Tuhan juga yakin kalau gw mengasihi Dia? Ataukah
Dia merasa sedang bertepuk sebelah tangan?
Pertanyaan yg nampak simple itu
justru membuahkan banyak pertanyaan lanjutan. Dan yg membuat gw kecewa adalah
jawaban jujur dari hati kecil gw sendiri, ternyata gw tidak se-cinta itu sama
Dia.
Ritual keagamaan, perintah dalam
Kitab Suci ataupun nasehat pemuka agama mungkin sebagian besar gw jalanin. Gw
bisa dikategorikan bukan orang jahat. Fungsi gw di tengah keluarga, kerabat,
sahabat atau lingkungan kerja tampaknya juga berjalan dengan baik dan gw rasa gw
tidak mempermalukan nama-Nya. Tapi apakah itu bukti kalau gw mengasihi Dia?
Untuk yg kedua kalinya gw kecewa
dengan jawaban jujur hati gw. Sepertinya gw melakukan itu bukan karena Kasih/
Cinta tapi karena Takut.
Cinta akan Tuhan dan Takut akan
Tuhan mungkin dua hal yg terlihat sama, tindakan yg dihasilkan pun sepertinya
sama. Perbedaannya adalah di sikap hati. Mungkin gw berusaha untuk tidak
berbuat dosa karena takut karma. Saat gw berbuat baik mungkin gw berharap suatu
saat gw akan menuai hasilnya. Saat gw rajin berkomunikasi dengan Dia, mungkin
gw berharap berkat-Nya. Jadi apakah iman gw harus se-matre itu?
Gw pikir ada yg salah dengan cara
pandang gw selama ini. Tuhan kayanya gak butuh untuk dihormati, ditakuti,
diagungkan, dipuji dan disembah. Karena dengan atau tanpa keberadaan gw, Dia
tetap Tuhan dan tidak akan kekurangan kemuliaanNya secuil pun hanya karena gw
cuekin Dia. Mungkin, Dia hanya ingin cinta-Nya tidak bertepuk sebelah tangan.
Gw daritadi ngomong pake kata “mungkin”,
ya itu karena ini hanya pendapat gw. Semoga setelah ini gw dapat pencerahan,
dan bisa belajar balas Kasih-Nya, entah dengan cara apa, yg jelas ini masalah
hati yg ga bisa dipikir pake otak.
Suatu saat nanti saat gw “bertemu” sama Dia,
gw berharap bisa bilang “Lord, I love YOU too” bukan “ Thanks for YOUR love”.
God bless u all J